Minggu, 03 Oktober 2010

Kecacatan Janin Akibat Makanan dan Obat-Obatan

By. Dr. Taruna Ikrar
(University of California, School of Medicine, Irvine, USA)

Kelahiran seorang bayi merupakan kebahagian atau anugrah yang tak ternilai harganya bagi sebuah keluarga. Namun terkadang kebahagiaan itu tak seperti yang diharapkan, karena bayi yang diidam-idamkan, ternyata mengidap cacat bawaan.

Kecacatan bayi (Congenital Disorder) diketahui terjadi sekitar 3-5% dari semua bayi yang baru lahir dan sekaligus menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi. Tujuh sampai sepuluh persen bayi yang lahir dengan cacat membutuhkan perawatan medis secara khusus.

Meski kemajuan signifikan telah dicapai dalam mengidentifikasi etiologi atau penyebab beberapa kecacatan janin, namun masih banyak misteri yang belum terungkap. (Gambar 1: Janin dalam kandungan ibu pada usia 16 minggu).

Di masa lalu, orang yakin bahwa janin berkembang secara baik di dalam kandungan, bahkan orang percaya rahim ibu kebal terhadap berbagai faktor ekternal.

Namun, setelah bencana thalidomide (Obat Penenang) terjadi pada tahun 1960, terungkap bahwa embrio atau janin di dalam rahim ibu ternyata sangat rentan terhadap faktor lingkungan tertentu, yang pada orang dewasa tidak beracun sekalipun, tetapi pada janin bisa sangat berbahaya.




Terpaparnya janin selama masa kehamilan terhadap teratogenik dapat mengakibatkan berbagai kelainan struktural dan anatomi janin, berupa: bibir sumbing (cleft), ketidak lengkapan anggota tubuh (dysmelia), lahir tanpa kepala (anencephaly), kelainan jantung (ventricular septal defect).

Jenis dan tingkat kelainan yang ditemukan pada janin, tergantung seberapa jauh tingkat paparan zat teratogenik, serta tahap perkembangan janin di dalam kandungan, khususnya pada trimester pertama kehamilan. (Gambar 2: Janin lahir dengan kepala yang tidak sempurna)



Mekanisme Kecacatan Janin

Setelah bencana thalidomide, para ahli berupaya mengungkap faktor-faktor yang bisa menyebabkan kelainan pada janin. Dalam ilmu kedokteran disebut Teratology.

Sebuah publikasi tahun 2010 menyebutkan bahwa ada 6 mekanisme teratogenik utama yang terkait dengan penggunaan obat-obatan:


1. Antagonisme asam folat (zat yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin),
2. Gangguan stimulasi sel saraf (Sistem persarafan yang merupakan suatu sistem regulasi di dalam tubuh janin),
3. Gangguan endokrin (Pada pertumbuhan dan perkembangan janin, dibutuhkan suatu metabolism yang normal dan kelak mempengaruhi perkembangan janin. sehingga jika dalam fase pertubuhan janin tersebut terganggu akibat kelainan metabolisme endokrin, tentunya akan berdampak pada bentuk dan performens janin),
4. Stres oksidatif, jika ini terjadi yang mungkin disebabkan oleh kelainan oksidatif hipoksia atau kekurangan oksigen janin, akan berdampak pada perkembangan otak sang janin, yang kelak berakibat retardasi mental.
5. Gangguan pembuluh darah janin, dapat berpengaruhi terhadap pertumbuhan janin, hal ini didasarkan bahwa fungsi pembuluh darah sebagai alat transportasi di dalam tubuh janin.
6. Gangguan reseptor-spesifik yang dimediasi oleh enzim teratogenesis. Jika gangguan ini terjadi sebagai manifestasi kelainan genetik, sehingga dapat diprediksi perkembangan janin kelak akan mengalami kelainan dan kecacatan tubuh. (Gambar 3: Bayi sumbing yang dipengaruhi oleh faktor genetik)


Selain enam mekanisme di atas, diketahui prinsip-prinsip dan merupakan panduan pemahaman tentang zat teratogenik dan efeknya pada pengembangan janin, yaitu:

1. Kerentanan janin terhadap zat teratogen yang tergantung pada faktor genetik janin selama konsepsi, serta cara janin berinteraksi dengan faktor lingkungan yang merugikan tersebut.

2. Kerentanan dalam proses teratogenesis akan bervariasi dan tergantung pada tahap perkembangan janin didalam rahim pada saat terpapar oleh pengaruh yang merugikan tersebut.

3. Zat teratogenik tersebut, dapat berinteraksi dengan cara tertentu pada perkembangan sel-sel dan jaringan dalam menstimulasi berbagai rangkaian perkembangan abnormal janin.

4. Akses yang berpengaruh buruk dalam perkembangan jaringan janin, tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan teratogenik: seperti sifat dari zat teratogen, rute dan tingkat paparan pada ibu, demikian pula tingkat kemampuan zat teratogenik tersebut dalam melewati plasenta dan penyerapannya secara sistemik.

5. Secara umum, ada empat manifestasi akibat kelainan janin yaitu: Kematian, kelainan, retardasi pertumbuhan, serta kecacatan fungsional janin.

6. Manifestasi penyimpangan perkembangan janin, juga tergantung terhadapa tingkat dan dosis obat yang dikonsumsi yang berpengaruh terhadap perkembangan janin dan kerusakan yang ditimbulkannya.


Zat Makanan dan Obat-Obatan Penyebab Kecacatan Janin

Untuk melindungi masyarakat dan keluarga dari kecacatan janin selama masa kehamilan, sebaiknya masyarakat memahami beberapa zat dan faktor lingkungan yang diduga bisa berakibat kecacatan janin.(Gambar 4: Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecacatan janin).

1. Obat-obatan dan zat kimia dari lingkungan telah diketahui dapat berakibat kecacatan janin, misalnya: minuman beralkohol (etanol), jenis psikotropik dan narkotik (nitrazepam atau mogadon), hormon androgenik yang kadang digunakan sebagai obat pertumbuhan, Obat hipertensi (kaptopril, enalapril), obat penenang dan juga antiepilepsis seperti; diphenylhydantoin (Fenitoin, Dilantin, Epanutin), zat beracun berupa (bromida etidium, merkuri, antibiotik (tetrasiklin), demikian pula thalidomide.
2. Radiasi: sinar X (foto Rontgen), terapi radiasi , serta zat radioaktif lainnya.
Infeksi selama masa kehamilan: bisa berupa infeksi virus (Sitomegalovirus, virus herpes, virus rubella, virus ensefalitis, HIV), atau infeksi bakteri (sifilis, Gonorrhea), dan parasit (toksoplasmosis).
3. Ketidakseimbangan metabolism pada ibu hamil, berupa: diabetes, defisiensi atau kekurangan asam folat, kekurangan atau defisiensi zat yodium, demikian pula penyakit rematik dan kelainan jantung.
4. Tembakau, Alkohol, dan Kafein yang berlebihan diketahui dapat berakibat buruk pada system pembuluh darah janin.
5. Beberapa jenis obat jerawat, misalnya Isotretinoin dengan merek dagang Roaccutane telah diketahui sebagai suatu zat teratogen yang kuat dan dapat menyebabkan kecacatan serius pada janin.


Pentingnya Pencegahan Kecacatan Dalam Fase Kehamilan

Telah diketahui, bahwa hampir semua kecacatan pada janin, disebabkan oleh terpaparnya janin oleh zat atau faktor teratogenik.
Paparan tersebut tidak terbatas hanya akibat obat, tetapi juga oleh infeksi atau penyakit, dan lingkungan. Sebuah penelitian menunjukkan hampir 50% wanita hamil pernah terpapar obat selama kehamilannya. Yang tentunya, ini sangat berbahaya kalau tidak dilakukan pencegahan, karena kelak dapat berdampak pada kecacatan janin.

Dengan demikian, sangat dianjurkan selama kehamilan, ibu hamil diharuskan untuk senantiasa menjaga diri untuk tidak mengkonsumsi berbagai jenis obat dan zat makanan yang bisa berdampak negatif terhadap perkembangan janin.

Seandainyapun, sang ibu harus mengkonsumsi obat karena alasan tertentu, maka selayaknya meminta anjuran dokter dengan pengawasan yang sangat ketat. Ini semua dilakukan demi menjaga kesehatan dan perkembangan sang buah hati, sehingga kelak sang ibu akan kagum dan bahagia dengan buah hati yang dilahirkannya sebagai bayi sehat dan sempurna.


Sumber :
http://www.kabarinews.com/article/Berita_Amerika/Amerika_Kesehatan/Kecacatan_Janin_Akibat_Makanan_dan_ObatObatan/35465
15 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar